Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .. Qiyamul-lail adalah sarana
berkomunikasi seorang hamba dengan Rabbnya. Sang hamba merasa lezat di
kala munajat dengan Penciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan
memuji Sang Pencipta.
Dan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, sesuai dengan janji-Nya, akan mencintai hamba yang mendekat
kepada-Nya. Kalau Allah mencintai seorang hamba, maka Ia akan
mempermudah semua aspek kehidupan hambaNya. Dan memberi berkah atas
semua aktivitas sang hamba.
Seorang muslim yang kontinu
mengerjakan qiyamullail, pasti dicintai dan dekat dengan Allah swt.
Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita, “Lazimkan dirimu
untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu,
mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan
pencegah dari dosa.” (HR. Ahmad)
Berbagai keutamaan qiyamul-lail
sudah kita baca atau kita dengar dari para ulama. Kita pun sudah
beberapa kali mencoba melaksanakannya, dengan kesungguhan melawan kantuk
dan dinginnya malam. Namun, berkali-kali juga kita mengalami futur
(lalai), tidak dapat lagi melaksanakan qiyamul-lail.
Sebabnya
adalah karena kita belum dapat menikmatinya. Sehingga pikiran bawah
sadar kita masih merasakan bahwa qiyamul-lail itu beban yang berat.
Waktu sepertiga malam, saat dimana bumi mengeluarkan gelombang
kekhusyu’an (alfa), sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu
lebih berkesan” (Al-Muzammil 6).
Seharusnya, saat-saat inilah
dzikir dan bacaan Al-Quran kita lebih berkesan, hati lebih mudah
bergetar ketika Asma Allah disebut. Jiwa kita lebih bening sebening
embun pagi di dedaunan. Air mata lebih mudah meleleh bahkan tertumpah
dan tak kuasa kita hentikan. Hati menjadi halus dan lembut, sehingga
hijab kita dengan Allah semakin transparan. Pendeknya inilah surga dunia
yang telah dinikmati oleh para sahabat, tabi’in dan salafus saleh.
Maukah kita memperolehnya?
Mengapa kita belum bisa menikmati
Qiyamul Lail? Kita tidak dapat menikmati qiyamul-lail, dan masih banyak
melakukan maksiat adalah karena “kita belum mengenal dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT”. Hati kita masih diisi oleh selain Allah, masih
jauh dari Allah.
Mari pertama-tama kita niatkan dan azzamkan diri kita bahwa kita sangat ingin untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari Abu Hurairah RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah
berfirman, ‘Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya
ketika ia mengingat-Ku. Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku
mengingatnya dalam diri-Ku. Kalau ia mengingat-Ku di tengah kerumunan
orang, Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik
daripada mereka.
Kalau ia mendekat diri kepada-Ku sejengkal, Aku
pun mendekatkan Diri kepadanya sehasta. Kalau ia mendekatkan diri
pada-Ku sehasta. Aku pun akan mendekatkan Diri padanya sedepa. Jika ia
mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari
kecil”.
Waktu-waktu di keseharian kita, masih sunyi dari dzikir
kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang duduk dalam suatu
tempat, lalu di situ ia tak berdzikir kepada Allah, maka kelak ia akan
mendapat kerugian dan penyesalan” (HR Abu Dawud).
Dalam
keseharian kita, di perjalanan kantor, istirahat, hati dan pikiran kita
tidak dzikir kepada Allah dan lantas diisi oleh selainnya. Bahkan!
bangun tidur kita lupa berdoa, masuk dan keluar kamar mandi lupa
berdzikir, selesai makan lupa memuji dan berterima kasih kepada-Nya.
Astaghfirullah… beristighfarlah berulang kali sobatku. Rasakanlah
penyesalan dan biarkan air matamu meleleh…
Mulai detik ini isilah
setiap relung hati dan celah pikiran dengan dzikir kepada Allah. Di
setiap waktu dalam 24 jam hidup kita isilah dengan dzikir. Jika kita
melakukannya, bahkan dalam tidur pun kita tetap bermimpi berdzikir dan
bershalawat.
Banyak dzikir-dzikir singkat, seperti dua kalimat
yang paling berat di sisi Allah, yaitu, “SubhanaLlahi wabihamdihi…
SubhanaLlahil-azhiem…”. Atau dengan beristighfar, “Astaghfirullah…
astaghfirullah…”, bertasbih, “Subahanallahi… subhanallahi”. Bahkan cukup
dengan menyebut asma Allah, “Allah… Allah… atau Yaa Allah.. Ya Allah”.
Lakukanlah di manapun, dan kapan pun, bahkan multitasking sambil
melakukan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari. Jika ada waktu senggang,
dzikir yang paling utama adalah Al-Quran. Membaca Al-Quran,
mentadabburinya, menghafalnya, mengulang hafalan atau bahkan sekadar
mendengarkan kaset murattal Al-Qur’an sambil kita mengendarai kendaraan.
Dzikir ini akan mengikis dosa dan kotoran jiwa, seperti mengikis karat
hingga kemilau emas muncul kembali. Dengan sendirinya, dzikir akan
mencegah kita berbuat dosa dan maksiat. Ketika kita akan berbuat sesuatu
yang dilarang Allah, hati yang telah dipenuhi Asma Allah akan otomatis
menolaknya dengan keras.
Dzikir akan semakin menghaluskan hati
kita. Semakin memudahkan kita menangis dalam berbagai kondisi. Semakin
memahami hakikat dan semakin dekat kepada Allah.
Jika dalam
setiap tarikan nafas kita selalu berdzikir, dalam setiap langkah kita
diikuti dengan dzikir, maka akan muncul banyak keajaiban dalam hidup
kita. Allah akan mengaruniai limpahan kenikmatan yang menisbikan
kenikmatan dunia.
Sahabatku, mari hidupkan hati, lembutkan jiwa
dengan selalu berdzikir kepada Allah. Barulah kita bisa menikmati
indahnya dan nikmatnya Qiyamul Lail, dan shalat-shalat lainnya.
Berikutnya kita akan merasakan berbagai kenikmatan spiritual dan
ayat-ayat keajaiban Allah dalam hidup kita.
Mari penuhi hidup kita dengan dzikir, dan perhatikan apa yang akan terjadi ..
Wallahu a'lam bish-shawab ...
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
# BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI #
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik .
No comments:
Post a Comment